Minggu, 12 Februari 2012

Rachel Lie Pranoto Nyaman Berlatih Teater


Orang Tionghoa paling identik dengan bisnis. Apalagi dari bidang seni, terutama seni teater atau drama, hampir bisa dihitung dengan jari jumlah. Terlebih dari kaum wanita, rasanya tidak ada wanita Tionghoa yang menjadi seniman teater. Salah satu tokoh kondang dan disegani bahkan oleh semua orang Indonesia adalah sutradara teater dan film Teguh Karya alias Steve Liem. Karena kekaguman pada Steve Liem yang lahir di Pandeglang, Banten, sosok Rachel Lie Pranoto bertahan untuk terus berlatih teater.
Saat ini, Rachel berlatih bersama Teater Kolom yang bermarkas di Gelanggang Remaja Jakarta Barat. Rachel, panggilan akrab Rachel Lie Pranoto, sebenarnya juga tidak menyangka akan terlibat dan menyandang status sebagai aktifis teater. Selain tak ada bakat dan keturunan, Rachel tidak pernah berlatih teater di sekolahnya. Karena memang tidak ada.

“Saya awalnya ikut ng-band di studio Musik Andhika di komplek Gelanggang Remaja. Kemudian sambil istirahat, saya melihat ada orang berlatih teater. Saya tanya teman soal nama grupnya. Pulang ng-band, saya datangi grup yang bernama Teater Kolom ini. Dari situ saya mulai gabung dan berlatih teater, pada tahun 2003. Saat itu, Teater Kolom menggarap naskah Mencari Keadilan karya Bertold Brecht,” kenang Rachel Lie Pranoto di sela-sela latihan bersama Teater Kolom di Gelanggang Remaja Jakarta Barat, baru-baru ini.

Statusnya saat itu pun, masih kelas tiga SMEA di Bina Karya, Jakarta Barat. Dia lulus tahun 2004 dan langsung bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang sekuritas pada bagian administrasi keuangan. “Saya masih jadi anak bawang. Saya disuruh masak mie instant untuk pemain atau jadi disuruh-suruh kalau lagi latihan. Tapi karena saya merasa nyaman dan suka teater, saya jadi bertahan sampai sekarang,” ungkap anak tunggal kelahiran Jakarta, pada 7 Agustus 1986.

Kebetulan grup ini punya eksistensi bagus. Karena sering jadi juara di festival teater Jakarta dan pentas keliling daerah juga. “Saya pertama kali main naskah End Games, tahun 2007. Walaupun saya berperan tambahan, tapi saya senang. Saya bisa menunjukkan ketrampilan saya selama berlatih seni dasar peran selama ini. Setelah itu, saya dipercaya menjadi peran utama dalam naskah Perempuan Pilihan Dewa karya Bertold Brecht. Biar pun naskah ini karya orang Jerman, tapi peristiwanya persis di kawasan Glodok atau pecinan, Jakarta Barat. Nah, saya merasa pas dengan tokohnya karena saya punya darah Tionghoa. Saya berperan sebagai Shente yang berwatak ganda antara pria dan wanita. Setelah itulah, saya pun diberi kesempatan bermain di luar grup Teater Kolom,” ujar Rachel anak pasangan Pranoto Lie dan Lie Fenny yang wirausahawan.

Diakuinya, selama berlatih teater ada manfaat lain yang di luar dugaannya. Yaitu bisa lebih percaya diri dan bertambah banyak teman. Menghadapi atasan di kantornya terasa lebih relax. “Karena itu, saya tidak tahu sampai kapan berteater. Kebetulan orangtua tidak melarang bahkan mendukung dengan ikut nonton kalau saya pentas,” pungkas gadis lajang manis ini. (lina)

0 komentar:

Posting Komentar