Sabtu, 14 April 2012

Pameran Domestic Stuff dalam Forum Perempuan

Domestic Stuff adalah pameran seni rupa mengenai wilayah domestik dengan segala dimensi dan isu yang melingkupinya. Ketujuh seniman yang terlibat dipilih oleh Mella Jaarsma dan diminta untuk mengajak seorang seniman lain untuk berkolaborasi. Yakni, Lidyawati, Amrizal Salayan St. Parpatih, Maria Indria Sari, Samuel Indratma, Sekarputri, Mufti “Amenk” Priyanka, Ariani Darmawan,Ferdiansyah Thajib, Restu Ratnaningtyas, Agung Kurniawan, Mie Cornoedus, Setu Legi, dan Melati Suryodarmo, dan Afrizal Malna.Pembukaan Pameran Domestic Stuff yang masih dalam rangkaian kegiatan acara Forum Perempuan Seni Indonesia ini, diselenggarakan pada Sabtu, 14 April 2012, pukul 19.00 WIB. Terbuka untuk umum dan gratis. Diadakan di Galeri Salihara, pameran ini berlangsung hingga 06 Mei 2012.
Melalui karya-karya ini, para seniman dapat secara jujur menangapi dan mengkritik fenomena sosial dan mengekspresikan pendekatan mereka atas realitas secara personal. Yang akan dilihat dalam pameran ini adalah pengalaman domestik tiap seniman ketika berkenaan dengan isu yang lebih luas—seperti lingkungan hidup, identitas, sejarah, dan sebagainya; serta konstelasi dari beragam hal yang privat ketika bersanding dengan perkembangan publik.
Domestic stuff boleh jadi mulai dengan sudut pandang perempuan terhadap dunia domestik. Tetapi, menampik esensialisme tentang keperempuanan, para seniman perempuan ini tampil serba-terbuka dengan berkolaborasi dengan para seniman lelaki yang mereka pilih sendiri. Pameran dengan kurator Mella Jaarsma ini menggarisbawahi bahwa yang feminin adalah yang berubah, yang rajin merangkul yang beda. Bahwa yang domestik adalah kritik bernada humor terhadap kejantanan, kebisingan dan adu kuat di luar sana. Bahwa memandang, menciptakan tata rupa, ialah langkah penting dalam menciptakan yang bersifat publik.
Pameran ini dikuratori oleh Mella Jaarsma, perupa dan kurator kelahiran Belanda yang menetap di Yogyakarta. Sejumlah karyanya dipamerkan, antara lain, di Singapore Art Museum, Singapura, dan Third Asia Pasific Triennale, Brisbane, Australia. Bersama Nindityo Adipurnomo ia menerima The John D. Rockefeller 3rd Award (2006), dan Anugerah Seni dari ISI Yogyakarta (2008). (slr)

0 komentar:

Posting Komentar