Senin, 18 Juni 2012
Diskus Sastra: Sungai-Sungai Muara-Muara Pesisir-Pesisir

Jumat, 15 Juni 2012
Kecemburuan Masyarakat Teater pada Media Massa Besar
Telkomsel Gelar Diskon di Jakarta Fair 2012
Pameran Kuliner Koperasi dan UKM Target Rp 100 Juta per Hari
Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM menargetkan nilai transaksi dari pameran kuliner Warisan Enak 2012 senilai Rp 500 juta selama empat hari, atau mulai kemarin hingga Sabtu (16/6) besok. Nilai ini naik sekitar 20 persen dari hasil pencapaian transaksi pada pameran tahun 2011, atau 350 juta.
Direktur Utama LLP Kemenkop dan UKM, Yuana Sutyowati mengatakan, sebenarnya pameran yang diselenggarakannya bukan untuk mengejar target transaksi. Tapi lebih memberdayakan produk-produk UKM atau bahkan PKL (Pedagang Kaki Lima). Karena dari sisi harga relative murah. Jadi ajang pameran ini diharapkannya bisa menjadi promosi tersendiri. Apalagi seperti produk jamu gendong dan sejenisnya.
“Selama empat hari pameran ini, kami menargetkan sekitar Rp 500 juta. Atau rata-rata per hari mencapai sekitar Rp 100 juta. Yang penting bukan hasil transaksi pameran, tapi upaya kami memberi apresiasi. Karena dari sisi harga relative. Makanya, jangan dilihat dari volume usaha, tapi lebih pada take over. Apalagi jumlah pesertanya juga tidak banyak sekitar 50 stand,” ungkap Yuana Sutyowati di sela-sela mendampingi Deputi Bidang Produksi Kemenkop dan UKM, Braman Setyo yang ditunjuk mewakili Menteri Koperasi dan UKM untuk membuka pameran itu di gedung SME Tower, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu (13/6) kemarin.
Diakuinya, pameran yang sudah berlangsung empat kali ini, terus mengalami peningkatan. Setidaknya peningkatan itu berkisar 15-20 persen. Peningkatan ini terjadi karena Yuana selalu melakukan upaya penunjang untuk menarik perhatian masyarakat dating. “Tahun ini kami mengemas lebih bernilai promosi agar pengunjung lebih banyak datang. Ini didasarkan pada pengalaman tahun sebelumnya yang ternyata ampuh. Seperti menampilkan penyanyi legendaris Koes Ploes, ada panggung hiburan nonstop selama pameran, atraksi kesenian yang langsung ditampilkan oleh para tukang jamu gendong, dan ada juga penampilan permainan angklung yang dimainkan oleh para ekspatriat,” paparnya.
Deputi bidang Produksi Kemenkop dan UKM, Braman Setyo mengatakan, pameran kuliner dengan teman warisan enak 2012 ini merupakan amanat dari Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan. Yaitu tiada hari tanpa pameran bagi LLP Kemenkop dan UKM. Sehingga gedung SME Tower bias dirasakan menjadi milik para pelaku UKM dan koperasi. “Tujuan dari pembangunan gedung SME Tower adalah menggerakan koperasi dan pelaku UKM. Jadi LLP Kemenkop dan UKM yang m emilih kuliner, terutama untuk kawasan Jabodetabek memang pilihan baik. Karena itu, perlu dukungan terus menerus. Apalagi keberhasilan LLP Kemenkop dan UKM menggandeng sejumlah asosiasi, seperti kelompok jamu gendung, Dewan Rempah Indonesia, dan lainnya,” puji Braman Setyo.
Di bagian lain Braman Setyo berjanji akan menggelar pameran khusus rempah-rempah Indonesia. Ini dijanjikannya untuk merespon dari pengenalan buku hasil riset tiga tahun terhadap rempah-rempah Indonesia yang dilakukan Adi Sasono. Adi Sasono yang mantan Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden BJ Habibie ini berhasil membukukan 200an dari 11 ribu nama rempah di Indonesia. “Saya terkejut dari sambutan Pak Adi (Sasono, red) yang m enyebutkan ada ribuan nama atau jenis rempah-rempah Indonesia. Ini memang tugas Negara untuk menggali danmenjaganya. Karena itu, saya akan menggandeng Dewan Rempah Indonesia untuk merumuskan pameran rempah-rempah Indonesia yang kita kenal. Karena selama ini kita malah jadi pengimpor rempah-rempah, terutama dari Amerika. Ini disayangkan. Karena rempah-rempah kita jadi tergerus,” pungkasnya. (hery s)
Kekuatan Pentas ”Nabi Kembar” pada Komedi Slapstik

Workshop Membaca Tradisi DKJ di 5 Wilayah DKI
Lanjutan program Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bertajuk Workshop Teater Membaca Tradisi yang berlangsung di lingkungan Jakarta Barat bekerjasama dengan Ikatan Drama Jakarta Barat (Indraja), pada 6-9 Juni 2012, lebih bersifat kuliah umum. Padahal instruktur workshop, Afrizal Malna selalu terus mendorong agar workshop itu betul-betul berlangsung selayak workshop dan Afrizal ingin memposisikan diri sebagai pendamping sekaligus penengah.
Kenyataan ini terbukti dari dorongan Afrizal kepada ratusan peserta agar berkomentar apa pun secara bergiliran. Semua peserta mengakui, mereka telah mendapatkan ilmu pengetahuan baru. Yaitu tentang tradisi yang bukan melihatnya ke belakang. Artinya, tradisi bukan latar belakang kebudayaa suatu masyarakat atau komunitas. Meskipun dalam pemberian materi workshopnya, Afrizal memutar video tentang kesenian tradisi seperti tradisi Hudoq Dayak, Kalimantan Selatan.
Boleh jadi, sikap Afrizal itu yang membuatnya enggan menjawab semua pertanyaan peserta terkait rencana produksi teaternya dalam rangka mengikuti Festival Teater Jakarta (FTJ) 2012. Misalnya, ketika Afrizal ditanya soal video Performance Art Firman Djamil, Afrizal yang kebetulan ikut terlibat dalam video itu bisa dijadikan contoh langsung untuk pertunjukan teater, pria berkepala plontos itu tetap ogah menanggapi. Pokoknya, Afrizal merasa cukup memberi referensi dan ilmu tentang membaca tradisi yang implementasinya diserahkan pada sutradara sebagai peserta workshop itu.
Upaya Afrizal menularkan pengetahuan yang menyerupai suatu pergerakan itu, terlihat misalnya, ketika Afrizal meminta tiga orang peserta untuk melakukan reaksi atas benda kursi dengan kue ulang tahun di atasnya berdasarkan pertanyaan yang diajukan Afrizal, yaitu; “Apakah itu Apakah?”
Ketika peserta ada yang memakannya, kemudian yang lain menghidupkan seluruh properti itu sebagai bentuk upacara hari ulang tahun, ternyata menurut Afrizal semua itu linear. Jadi Afrizal ingin peserta berani melakukan yang bukan linear, terutama dalam menghadapi tradisi. “Upacara hari ulang tahun sudah menjadi tradisi kita, bukan? Karena dilaksanakan orang yangmerayakannya setiap tahun. Ini kan linear. Coba lakukan reaksi yang tidak linear menjadi tradisi yang baru lagi,” pinta Afrizal.
Selain itu, Afrizal mengingatkan tentang salah satu adegan pertunjukkan teater Rumah yang Dikuburkan karya Sam Shepard, terjemahan Akhudiat dan disadur oleh Afrizal sendiri. Saat dipentaskan Teater SAE , ada tokohnya yang muncul sambil sikat gigi seperti kehidupan sehari-hari. “Ini menjadi tidak linear karena ditampilkan dalam pertunjukkan teater. Sepengetahuan saya, belum pernah ada atau belum berani orang menampilkan adegan keseharian seperti yang sehari-hari itu. Itu yang membuatnya jadi linear,” pungkas Afrizal yang malam 7 Juni 2012 itu bertepatan dengan HUT –nya yang ke-55.