Kamis, 01 Maret 2012

Akhir Dramafest yang Bakal Dirindukan


Adegan Musuh Politik dalam Dramafest yang menjadi The Best di LSPR, pada 28-29 Februari 2012









Kecewa dan bahagia merupakan bagian tak terpisahkan dari setiap akhir kegiatan. Tapi selama ini diakui, kalangan seniman yang paling mampu untuk menerima akhir dari kegiatan yang diikuti dengan jiwa besar. Ini mengiringi berakhirnya kegiatan bertajuk Dramafest yang diselenggarakan lembaga IDEAL di bawah naungan London School & Public Relation (LSPR) dalam rangka satu tahun Koran Dramakala terbitan IDEAL.

Dramafest yang berlangsung, Selasa-Rabu (28-29 Februari 2012), itu menggelar dua mata acara yang disebut drama pendek dengan pembatasan pertunjukan teater, seperti durasi hanya 30 menit dan pemain tidak lebih lima orang. Acara drama pendek ini diikuti 11 grup dari Jakarta dan daerah seperti Banten dan Bekasi. Kemudian LSPR menunjuk tiga orang juri, Haris Priadi Bah, Malhamang Zamzam, dan Jose Rizal Manua untuk menilai grup teater terbaik. Sedangkan acara monolog diikuti 20 monologer dengan juri terdiri dari Andi Bersama, Arswendo Atmowiloto, dan Zainal Abidin Domba. Peserta bahkan datang dari Sumenep, Solo, Jogjakarta, Surabaya, dan tentu saja Jakarta.

Pemenang untuk Dramafest atau grup terbaik adalah Teater Pohon dari dua nominasi, Teater Stage Corner Community (SCC) Jakarta, dan Teater Gets Rangkas Bitung, Banten. Teater Pohon yang membawakan naskah Musuh Politik karya Kenneth Sawyer Goodman yang diadaptasi Pedje berhasil memborong dua kategori, sutradara dan actor terbaik oleh Pedje. Kecuali kategori aktris terbaik disabet dari SCC yang mementaskan naskah Wong Asu dari cerpen karya Seno Gumira Ajidarma bertajuk Legenda Wongasu dan disutradarai Dadang Badoet. Sedangkan nominasi ketiga ditempati Teater Gates (Gema Teater Setia Budhi) Rangkas Bitung dengan judul Reportoar Air karya sutradara DC Aryadi. Dari kelompok monolog, pemenang the best Anwari dari Surabaya, disusul Lina Erent dari Teater Mode Jakarta Timur, dan Yudhi Kurniawan dari Bekasi, Jawa Barat.

Teater Pohon yang basisnya dari wilayah Jakarta Barat, sebenarnya pantas memenangkan Dramafest. Karena selain berhasil menjadi juara III dalam Festival Teater Jakarta (FTJ) 2011 tingkat Jakarta Barat, grup yang baru dibentuk pada 2011 ini baru saja melakukan pementasan keliling, seperti di Pontianak, Kalimantan Barat, gedung Universitas Indonesia Depok, dan gedung kesenian Rangkas Bitung, Banten. Sehingga mereka cukup matang dan lancar dalam pementasannya.

Sutrada Pedje mengaku, pilihan naskah yang diadaptasinya karena memang sesuai dengan kondisi sekarang. Sehingga imaji penonton langsung connect terhadap adegan-agenda yang diramu Pedje. “Konsepnya realisme distorsif. Yakni realis yang mengalami distorsi sebagai jupaya menggugah kesadaran masyarakat demi mampu melawan lupa,” sindir Pedje.

Pemimpin redaksi Koran Dramakala sekaligus dewan juri drama pendek Harris Priadie Bah mengatakan, Dramafest adalah sebuah peristiwa teater yang lahir dari maksud dan keinginan sederhana untuk memberikan semacam ruang kemungkinan lain bagi presentasi semangat dan kreatifitas berkarya pekerja teater. Sebagai sebuah ruang kemungkinan lain, idealnya tentu saja dia bisa memberikan pilihan-pilihan dan nuansa yang unik dan tak sama dengan ruang-ruang yang telah pernah ada dan diberlangsungkan. “Dengan passion yang lebih kurang seperti itulah, maka digagas sebuah bentuk festival teater yang agak beda taste-nya dan rasanya belum banyak diselenggarakan, kalau tidak dapat dikatakan belum pernah ada sama sekali event festival dengan dua bentuk kompetisi sekaligus di dalamnya, tapi satu jenis. Yaitu drama dan monolog. Itu sebabnya, kami berkeyakinan, Dramafest bakal menjadi kerinduan pekerja teater di tahun-tahun berikutnya,” pungkas Harris. (tim)

0 komentar:

Posting Komentar