Ratusan seniman teater yang tergabung dalam organisasi masing-masing di lima wilayah DKI Jakarta, terdiri dari Indraja, Ikatamor, Atap, Itela, dan Sintesa, berkumpul di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2) malam kemarin. Mereka diundang oleh lembaga Sangkerta-PPM Nasional sebagai peserta untuk mengisi acara bertajuk Kenduri Teater Jakarta (KTJ) 2012-2013. Jumlah peserta dibatasi sebanyak 50 grup teater yang dilakukan berdasarkan sistem kurasi, terutama harus mewakili dari lima wilayah DKI Jakarta. Dari jumlah ini, setiap grup akan tampil sebanyak dua hari dalam seminggu. Grup-grup ini diambil berdasarkan hasil kurasi yang dilakukan empat orang kurator yang ditunjuk Sangkerta-PPM Nasional, seperti Harris Priadie Bah, Dindon WS, Malhamang Zamzam, dan Zak Sorga, sekaligus koordinator kurasi. Masing-masing kurator pun berhak satu jatah atas jadwal pementasan dalam 50 grup itu.
Karya pementasan harus membawakan naskah karya sendiri atau dari kalangan grup masing-masing dan belum pernah dipentaskan sebelumnya. Karena dari 50 naskah karya itu, akan dibukukan semua sekaligus dilombakan dengan hadiah Rp 5 juta untuk satu karya saja. Juri lomba naskah ini, Putu Wijaja, Nano Riantiarno, dan Remmy Sylado. Sedangkan untuk biaya produksi, Sangkerta-PPM Nasional memberikan suntikan sebesar Rp 10 juta per grup.
“Terus terang, rata-rata pekerja teater merasakan adanya kebutuhan yang paling mendesak dan menuntut untuk segera dipenuhi, yaitu kesempatan pentas. Bukan ekonomi, apalagi amit-amit kekayaan. Panggilan ini yang mendorong Sangkerta-PPM Nasional menggelar Kenduri Teater Jakarta ini. Namun kami masih terkendala tempat. Dari semula di Gedung Kesenian Jakarta Pasar Baru dan TIM ini, tapi mereka menolak dengan alasan tidak sanggup menampung untuk jadwal setiap minggu selama setahun. Apalagi mereka sudah punya jadwal lain. Sementara Kenduri Teater Jakarta ini sudah harus ditabuh gongnya, awal Juni 2012 nanti,” papar Alex Mustafa, Koordinator Sangkerta PPM-Nasional di sela-sela soft launching berisi pengambilan nomor undian jadwal pentas masing-masing grup di Galeri Cipta II TIM, Sabtu (25/2).
Ketua Indraja (Ikatan Drama Jakarta Barat), Rizal Nasti mengusulkan agar gedung pementasan peserta KTJ diserahkan pada masing-masing grup di wilayahnya. Karena ini berurusan dengan upaya membina dan mendekatkan penonton sekaligus komunitas grup itu. Sebagaimana tujuan umum dari KTJ ini, kutip Rizal, mengupayakan berbagai syarat yang mungkin agar teater kontemporer mampu tumbuh secara swadaya, mandiri, dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan masyarakat berkesenian.
Ini diakui Alex Mustafa. Menurutnya, tujuan khusus (objectives) KTJ adalah secara bersama-sama dan bekerjasama dengan semua pihak secara tanpa kecuali membangun wahana ciptakarya teater kontemporer dan menumbuhkan masyarakat peminat dan penonton teater kontemporer secara berkelanjutan. “
Sedangkan manfaat lain, kata Alex, tumbuhnya kalender kepariwisataan
Koordinator Kurasi Zak Sorga menyitir, tahun ini ada sekitar 123 grup teater di
Menurut Alex, kegiatan akbar ini dapat diupayakan sebagai gerakan kebudayaan dan peradaban (civilization and cultural movement) dari cabang kesenian, kerajinan, kepariwisataan. “Dalam kerangka gerakan humaniter ini, kami meletakkan ayunan langkah kecil kenduri dalam kredo, Buruk Cermin Muka Dibelah,” kutipnya.
Ini diamini Dedi “Miing” Gumelar. Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDIP ini menyindir
0 komentar:
Posting Komentar