Kamis, 01 Maret 2012

Kenduri Teater Jakarta Embrio Peradaban Bangsa 2020

Ratusan seniman teater yang tergabung dalam organisasi masing-masing di lima wilayah DKI Jakarta, terdiri dari Indraja, Ikatamor, Atap, Itela, dan Sintesa, berkumpul di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2) malam kemarin. Mereka diundang oleh lembaga Sangkerta-PPM Nasional sebagai peserta untuk mengisi acara bertajuk Kenduri Teater Jakarta (KTJ) 2012-2013. Jumlah peserta dibatasi sebanyak 50 grup teater yang dilakukan berdasarkan sistem kurasi, terutama harus mewakili dari lima wilayah DKI Jakarta. Dari jumlah ini, setiap grup akan tampil sebanyak dua hari dalam seminggu. Grup-grup ini diambil berdasarkan hasil kurasi yang dilakukan empat orang kurator yang ditunjuk Sangkerta-PPM Nasional, seperti Harris Priadie Bah, Dindon WS, Malhamang Zamzam, dan Zak Sorga, sekaligus koordinator kurasi. Masing-masing kurator pun berhak satu jatah atas jadwal pementasan dalam 50 grup itu.

Karya pementasan harus membawakan naskah karya sendiri atau dari kalangan grup masing-masing dan belum pernah dipentaskan sebelumnya. Karena dari 50 naskah karya itu, akan dibukukan semua sekaligus dilombakan dengan hadiah Rp 5 juta untuk satu karya saja. Juri lomba naskah ini, Putu Wijaja, Nano Riantiarno, dan Remmy Sylado. Sedangkan untuk biaya produksi, Sangkerta-PPM Nasional memberikan suntikan sebesar Rp 10 juta per grup.

“Terus terang, rata-rata pekerja teater merasakan adanya kebutuhan yang paling mendesak dan menuntut untuk segera dipenuhi, yaitu kesempatan pentas. Bukan ekonomi, apalagi amit-amit kekayaan. Panggilan ini yang mendorong Sangkerta-PPM Nasional menggelar Kenduri Teater Jakarta ini. Namun kami masih terkendala tempat. Dari semula di Gedung Kesenian Jakarta Pasar Baru dan TIM ini, tapi mereka menolak dengan alasan tidak sanggup menampung untuk jadwal setiap minggu selama setahun. Apalagi mereka sudah punya jadwal lain. Sementara Kenduri Teater Jakarta ini sudah harus ditabuh gongnya, awal Juni 2012 nanti,” papar Alex Mustafa, Koordinator Sangkerta PPM-Nasional di sela-sela soft launching berisi pengambilan nomor undian jadwal pentas masing-masing grup di Galeri Cipta II TIM, Sabtu (25/2).

Ketua Indraja (Ikatan Drama Jakarta Barat), Rizal Nasti mengusulkan agar gedung pementasan peserta KTJ diserahkan pada masing-masing grup di wilayahnya. Karena ini berurusan dengan upaya membina dan mendekatkan penonton sekaligus komunitas grup itu. Sebagaimana tujuan umum dari KTJ ini, kutip Rizal, mengupayakan berbagai syarat yang mungkin agar teater kontemporer mampu tumbuh secara swadaya, mandiri, dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan masyarakat berkesenian.

Ini diakui Alex Mustafa. Menurutnya, tujuan khusus (objectives) KTJ adalah secara bersama-sama dan bekerjasama dengan semua pihak secara tanpa kecuali membangun wahana ciptakarya teater kontemporer dan menumbuhkan masyarakat peminat dan penonton teater kontemporer secara berkelanjutan. “Ada pula tujuan operasionalnya yang terbagi atas dua tujuan besar. Yaitu menyediakan wahana cipta karya kelompok teater kontemporer dengan menciptakan naskah asli karya perorangan dan atau kelompok teater untuk diterbitkan dan mementaskan naskah asli secara bergilir mingguan. Tujuan kedua, mengorganisasikan masyarakat peminat menjadi penonton teater, seperti mendukung kelompok teater kontemporer menggalang masyarakat peminat pada komunitasnya menjadi masyarakat penonton pementasan dan pembeli naskah asli yang diterbitkan. Terakhir, terbangun hubungan interaktif dan fungsional antara kelompok teater kontemporer dengan masyarakat peminat untuk secara bersama-sama mewujudkan masyarakat berkesenian.

Sedangkan manfaat lain, kata Alex, tumbuhnya kalender kepariwisataan kota Jakarta yang kokoh dan berkelanjutan. Bersama gerakan kesenian yang lain, mendorong tumbuhnya masyarakat berkesenian yang lentur dan luwes, tidak mudah putus asa dan menistakan bahasa fisik dalam mengatasi masalah, karena seni akan membantu seseorang agar mampu memandang kehidupan secara agak lain atau tidak linier. Baik dalam memandang keberhasilan maupun kegagalan, serta meningkatkan cita rasa dan seharusnya memperhalus budi.

Koordinator Kurasi Zak Sorga menyitir, tahun ini ada sekitar 123 grup teater di lima wilayah kota Jakarta. Dari jumlah ini, mengikuti data FTJ (Festival Teater Jakarta) 2011, sedikitnya ada 65 kelompok yang aktif berkarya. Dari grounded and participatory research diproyeksikan setiap kelompok memiliki anggota sekitar 30an orang, dan jika masing-masing anggota mengajak keluarga, teman dan peminat di luar keluarga yang juga sekitar 30an orang, maka secara sistematis dapat diduga jumlah masyarakat teater kontemporer lebih dari 100 ribu orang atau 1,15 peren dari jumlah penduduk Jakarta. “Masyarakat peminat, tidak otomatis, potensial menjadi masyarakat penonton teater kontemporer, maka ini tantangan yang perlu dikedepankan menjadikan mereka peminat dan penonton, caranya lewat KTJ,” timpal Zak.

Menurut Alex, kegiatan akbar ini dapat diupayakan sebagai gerakan kebudayaan dan peradaban (civilization and cultural movement) dari cabang kesenian, kerajinan, kepariwisataan. “Dalam kerangka gerakan humaniter ini, kami meletakkan ayunan langkah kecil kenduri dalam kredo, Buruk Cermin Muka Dibelah,” kutipnya.

Ini diamini Dedi “Miing” Gumelar. Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDIP ini menyindir Jakarta yang masih minim gedung kesenian. Padahal di luar negeri, gedung kesenian menengah hingga level atas mudah sekali ditemui. Adanya gedung ini tentu merangsang tumbuhnya aktifitas kesenian. “Pemerintah masih menempatkan kesenian seperti kerupuk dalam sajian makan utama. Artinya, boleh ada boleh tidak ada. Terbukti APBN untuk kesenian saja tidak ada. Akibatnya, negeri ini seperti tidak punya peradaban dan tidak jadi apa-apa. Padahal aktifitas kesenian akan mencetak karakter bangsa. Aneh, sekolah di luar negeri punya gedung kesenian untuk berekspresi, tapi di Indonesia, gedung kesenian umm saja minim sekali. Kalau kegiatan KTJ ini terealisasi dengan lancar, saya optimis bisa menjadi embrio peradaban bangsa hingga 2020,” pungkasnya. (tim)

0 komentar:

Posting Komentar