Teater Salihara
Pembukaan Bienal Sastra
Pentas Sastra dan Musik
Musisi: Bandanaira & Frau (menafsir puisi Amir Hamzah, Asrul Sani, Chairil Anwar, Sanusi Pane, Sitor Situmorang)
Pembacaan karya: Hanna Fransisca, F. Rahardi
Teater Salihara | Sabtu, 08 Oktober 2011, 20:00 WIB
Terbuka untuk umum | Bahasa Indonesia dengan proyeksi terjemahan Inggris



Pentas Sastra dan Musik
Musisi: Bandanaira & Frau (menafsir puisi Amir Hamzah, Asrul Sani, Chairil Anwar, Sanusi Pane, Sitor Situmorang)
Pembacaan karya: Hanna Fransisca, F. Rahardi
Teater Salihara | Sabtu, 08 Oktober 2011, 20:00 WIB
Terbuka untuk umum | Bahasa Indonesia dengan proyeksi terjemahan Inggris

Untuk mempertemukan kembali khazanah sastra klasik Indonesia dengan musisi muda pop dan indie, kami meminta Bandanaira dan Frau menafsirkan puisi-puisi dari para penyair Angkatan ‘45:
Chairil Anwar (1922-1949) dianggap pelopor revolusi kesusastraan Indonesia.Asrul Sani (1926-2004) adalah sastrawan dan, kemudian, sutradara film. Bersama Chairil Anwar, ia ikut mendirikan Gelanggang Seniman Merdeka; dan menjadi redaktur beberapa majalah, termasuk Pujangga Baru. Sedangkan Sanusi Pane (1905-1968) merupakan sastrawan angkatan Pujangga Baru, pernah menjadi redaktur Balai Pustaka dan terkenal karena pandangannya yang mengagungkan kejayaan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Sitor Situmorang (l. 1924) juga dianggap mewakili karakteristik pujangga angkatan ’45 yang kritis dan revolusioner. Puisi-puisi Sitor disebut sebagai tonggak yang mewakili perkembangan baru puisi Indonesia pada masanya.
SASTRAWAN
F. Rahardi dan Hanna Fransisca (Zhu Xong Xia), masing-masing adalah nama mapan dan nama baru yang penting di dunia puisi Indonesia. F. Rahardi (Ambarawa, 1951) dikenal kuat dan konsisten dengan sajak-sajaknya yang “mbeling” dan politis, salah satu kecenderungan yang penting dalam perpuisian era Suharto yang represif. Sedangkan Hanna (Singkawang, 1979) menjadi semakin istimewa karena menyuarakan warna etnis Tionghoa yang dimungkinkan setelah era Reformasi. F. Rahardi akan membacakan pilihan dari buku kumpulan puisi Tuyul (Pustaka Sastra, 1990), yang mendapat penghargaan dari Pusat Bahasa 1995. Hanna membaca dari Konde Penyair Han (Katakita, 2010), yang dianggap kumpulan puisi terbaik 2010 versi MajalahTempo.
Chairil Anwar (1922-1949) dianggap pelopor revolusi kesusastraan Indonesia.Asrul Sani (1926-2004) adalah sastrawan dan, kemudian, sutradara film. Bersama Chairil Anwar, ia ikut mendirikan Gelanggang Seniman Merdeka; dan menjadi redaktur beberapa majalah, termasuk Pujangga Baru. Sedangkan Sanusi Pane (1905-1968) merupakan sastrawan angkatan Pujangga Baru, pernah menjadi redaktur Balai Pustaka dan terkenal karena pandangannya yang mengagungkan kejayaan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Sitor Situmorang (l. 1924) juga dianggap mewakili karakteristik pujangga angkatan ’45 yang kritis dan revolusioner. Puisi-puisi Sitor disebut sebagai tonggak yang mewakili perkembangan baru puisi Indonesia pada masanya.
SASTRAWAN
F. Rahardi dan Hanna Fransisca (Zhu Xong Xia), masing-masing adalah nama mapan dan nama baru yang penting di dunia puisi Indonesia. F. Rahardi (Ambarawa, 1951) dikenal kuat dan konsisten dengan sajak-sajaknya yang “mbeling” dan politis, salah satu kecenderungan yang penting dalam perpuisian era Suharto yang represif. Sedangkan Hanna (Singkawang, 1979) menjadi semakin istimewa karena menyuarakan warna etnis Tionghoa yang dimungkinkan setelah era Reformasi. F. Rahardi akan membacakan pilihan dari buku kumpulan puisi Tuyul (Pustaka Sastra, 1990), yang mendapat penghargaan dari Pusat Bahasa 1995. Hanna membaca dari Konde Penyair Han (Katakita, 2010), yang dianggap kumpulan puisi terbaik 2010 versi MajalahTempo.

MUSISI
Irsa Destiwi (piano) dan Lea Simanjuntak (vokal) membentuk Bandanaira sejak 2009. Debut album mereka, The Journey of Indonesia, berisi lagu-lagu patriotik yang diaransemen ulang dengan nuansa jazz yang dinamis dan modern. Bandanaira akan membawakan “Lagu Gadis Itali” (Sitor Situmorang), “Cintaku Jauh di Pulau” (Chairil Anwar) serta “Dibawa Gelombang” (Sanusi Pane). Sedangkan Frau, yang digawangi oleh Leilani Hermiasih Suyenaga, dikenal karena permainan musik bersama piano kesayangannya, Oskar. Bagi Frau, musik sudah seharusnya menyenangkan dan untuk itu ia banyak menolak tawaran untuk mengkomersialisasikan karya-karyanya. Dalam pertunjukan ini, Frau akan membawakan “Berdiri Aku” (Amir Hamzah), “Dongeng buat Bayi Zus Pandu” (Asrul Sani), dan “Senja di Pelabuhan Kecil” (Chairil Anwar) yang dipilihnya sendiri.
Irsa Destiwi (piano) dan Lea Simanjuntak (vokal) membentuk Bandanaira sejak 2009. Debut album mereka, The Journey of Indonesia, berisi lagu-lagu patriotik yang diaransemen ulang dengan nuansa jazz yang dinamis dan modern. Bandanaira akan membawakan “Lagu Gadis Itali” (Sitor Situmorang), “Cintaku Jauh di Pulau” (Chairil Anwar) serta “Dibawa Gelombang” (Sanusi Pane). Sedangkan Frau, yang digawangi oleh Leilani Hermiasih Suyenaga, dikenal karena permainan musik bersama piano kesayangannya, Oskar. Bagi Frau, musik sudah seharusnya menyenangkan dan untuk itu ia banyak menolak tawaran untuk mengkomersialisasikan karya-karyanya. Dalam pertunjukan ini, Frau akan membawakan “Berdiri Aku” (Amir Hamzah), “Dongeng buat Bayi Zus Pandu” (Asrul Sani), dan “Senja di Pelabuhan Kecil” (Chairil Anwar) yang dipilihnya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar