Kamis, 31 Mei 2012

Kartika Wang, Penyanyi Jebolan Cheng Sing Competition 2008 Indosiar

Seperti wajahnya yang cantik dan postur yang ideal, orang pasti wajar menilai dia pantas seorang artis. Padahal Kartika Wang memang seorang artis. Walau belum tenar seperti artis kebanyakan. Setidaknya di kalangan artis penyanyi lagu-lagu Mandarin di seluruh Indonesia, pasti mengenal nama Kartika Wang yang akrab disapa Tika. Apalagi Tika merupakan jebolan pemenang pemilihan artis penyanyi Mandarin bertajuk Cheng Sing Mandarin Singing Competition 2008 Indosiar atau Indonesian Idol-nya Indosiar, tahun 2008. Gadis lajang yang kini tergabung dalam Komunitas Penyanyi Mandarin Indonesia (KPMI) ini, bukan saja menjadi juara pertama dalam ajang pemilihan penyanyi Mandarin atas pilihan masyarakat lewat poling SMS, tapi juga merebut kategori juara favorit yang berdasarkan pemilihan umum. Sejak ikut acara itulah, namanya meroket di kalangan komunitas penyanyi Mandarin dan sebagian masyarakat Indonesia, terutama suku Tionghoa. “Saya sejak umur lima tahun sudah sering ikut lomba-lomba nyanyi. Tidak saja lomba nyanyi Mandarin, tapi lagu umum. Juara pertama saya di ajang Kijang Auto 2000 tahun 2003 di Surabaya, Jawa Timur, saya merebut juara III. Sebenarnya awal mula saya mengenal dunia tarik suara ketika mengisi acara hari ulang tahun anak-anak di Surabaya. Saya ikut grup badut yang biasa mengisi acara hari ulang tahun anak dan saya di posisi sebagai penyanyi. Dari sini saya jadi sering mendapat panggilan untuk menyanyi,” papar Kartika Wang, penyanyi Mandarin dan mahasiswa di sela-sela latihan bersama Teater Kolom di kawasan Grogol, Jakarta Barat, baru-baru ini. Sampai masuk SMP, lanjut Tika, terus ke SMA dimulai terjun sebagai penyanyi free lance di berbagai acara pernikahan alias wedding dan pesta-pesta lain, termasuk pesta hari ulang tahun. “Saya tak bisa melupakan awal saya bergabung di grup badut. Karena itu, sejarah pertama kali dan kesempatan besar saya menjadi penyanyi, seperti sekarang. Karena saya, jadi sering di panggilan pada acara-acara hotel, restoran, dan pesta-pesta dalam rangka tertentu. Karir saya boleh dibilang terus berkembang dari HUT ke wedding. Apalagi dunia wedding cukup luas. Sehingga menyebarnya nama saya begitu cepat dan jadwal menyanyi tidak berhenti,” papar Tika, anak 4 dari enam bersaudara, kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 9-9-1990, pukul 07.00 WIB. Dari eksistensi itulah, dirinya langsung berani ikut ajang Chen Sing Mandarin Singing Competition, tahun 2008 di Indosiar. “Waktu itu, jumlah pesertanya ratusan remaja pria dan wanita. Kami datang dari berbagai daerah di Indonesia. Ini acara semacam Indonesian Idol. Karena itu, begitu saya lolos ke Jakarta, saya di karantina selama dua bulan untuk betul-betul menjadi penyanyi Mandarin profesional. Setelah saya jadi jaura satu dan favorit, saya dapat hadiah beasiswa kuliah di Universitas Bunda Maria (UBM, red) mengambil jurusan ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selain itu, saya pun dikontrak oleh Cheng Sin selama dua tahun untuk mengisi acara-acara off air,” kenang Tika, anak dari pasangan orangtua Ardiantik Kusuma dengan Mulijati Hadijanto. Kedua orangtuanya adalah wiraswasta dan masih tetap tinggal di Jakarta. Karena mendapat juara dan dikontrak kerja sebagai pemenang itulah, maka akhirnya Tika tidak menyia-nyiakan kesempatan. Meskipun risikonya harus pindah ke Jakarta meninggalkan oangtuanya. Untungnya kedua orangtua mendukung. Apalagi setelah melihat ada beasiswa kuliah dan pada Mei 2012 ini, dalam hitungan Tika, dirinya akan diwisuda untuk sarjana Strata satu S.kom. “Karena dikontrak kerja, tentu saya harus meninggalkan Surabaya. Apalagi harus kuliah juga. Ini kesempatan yang tak mungkin saya sia-siakan. Utamanya dapat beasiswa belajar yang selalu jadi dambaan banyak anak-anak remaja. Setelah lulus tahun ini, tahun ini juga saya berencana mengambil kuliah lagi S1 untuk jurusan Bahasa dan Budaya China di UBM. Karena dalam jurusan ini ada pematangan untuk berbahasa Mandarinnya,” harap wanita yang keturunan orangtua asal Pontianak, Kalimantan Barat. Diakuinya, selama ini dia memang tidak fasih berbahasa Mandarin. Dia hanya bisa menyanyi berbahasa Mandarin. Karena itulah, dirinya bertekad memperdalam bahasa Mandarin. “Saya tidak mau ambil kursus. Karena tidak efektif. Belajar bahasa itu, menurutku harus setiap hari. Jadi cepat fasih. Selain itu, kita bisa dapat banyak manfaat dari kelulusan sarjananya. Selain buat bekerja, tapi juga lebih elegan,” pungkasnya. Kontrak yang diterima Kartika Wang bukan saja, sebagai pemenang dalam Cheng Sing Mandarin Singing Competition 2008 di Indosiar, tapi sekaligus kontrak kerja sebagai management artis baginya kelak. Sehingga Tika, bisa terus melanjutkan karir sebagai penyanyi, terutama Mandarin setelah habis masa kontrak selama satu tahun sebagai penyandang pemenang dalam kompetisi semacam Indonesian Idol Indosiar. Selama berada di bawah naungan management artis, Tika tidak lagi menyanyi berdasarkan panggilan kecil. Tapi untuk mengisi acara-acara besar, seperti di televise, mengisi acara-acara event property atau sejenisnya, termasuk acara Tahun Baru. Baik Tahun Baru nasional maupun Tahun Baru Imlek. Bahkan job menyanyi di seluruh Indonesia, tidak di Jakarta saja. Job menyanyi off air ini sesuai kontrak kerja di bawah manajemen artis Cheng Sing. Diakuinya, untuk bisa menembus menyanyi on air di televise sulit diterima. Pasalnya dirinya masih identik sebagai penyanyi Mandarin. Sementara jarang sekali stasiun televise menampilkan on air maupun of air untuk Mandarin. Tapi bukan tidak pernah. Kalau bertepatan dengan acara-acara terkait perayaan warga Tionghoa, seperti Tahun Baru Imlek dan sejenisnya dia tetap dapat kesempatan on air. “Saya pernah tampil di Metro TV dalam acara Cap Go Meh, SCTV, dan paling sering di DAAI TV. Karena memang ini stasiun TV-nya warga Tionghoa. Jadi bukan tidak pernah saya tampil on air juga,” pujinya. Tak hanya menyanyi, Tika mulai menjajal bakat aktingnya. Walau tidak berani langsung ke dunia sinetron maupun film, tapi lewat pertunjukkan drama. Yang terbaru, Tika ikut menjadi pemeran pembantu dalam pentas drama musical bertajuk Cinta yang diselenggarakan KPMI. “Sekarang saya lagi latihan bersama penyanyi senior Titiek Puspa untuk pertunjukan musical berjudul Semut Merah Semut Hitam, pada 17-20 Juni 2012. Selain itu, saya juga masuk grup Teater Kolom. Grup ini bukan teater komersil, tapi nonprofit. Sehingga saya memanfaatkan untuk betul-betul bisa belajar akting. Karena grup ini sering juara Festival Teater Jakarta dan sudah pengalaman pentas ke beberapa kota, seperti Medan, Jogjakarta, dan Banten. Jadi bersama Teater Kolom saya pentasnya tidak menyanyi, tapi betul-betul jadi manusia (actor, red). Saya berharap begitu saya terjun acting (sinetron dan film,red) tidak lagi bermasalah dalam akting. Ini beda dengan sejumlah artis yang sudah terjun ke sinetron maupun film, baru masuk teater,” ujar Tika yang kental aksen dialog Jawa-nya. Makanya, lanjutnya, biarpun berlatih teater bersama Teater Kolom malah keluar uang, tapi dia merasa puas. Karena tujuannya menjadikan Teater Kolom sebagai laboratorium belajar akting secara rutin. “Kalau belajar acting secara formal tentu makan waktu dan biaya, tapi kalau bersama teater Kolom tentu tidak. Saya malah sudah dikenalkan naskah, seperti naskah drama Semangka yang Dikuburkan karya Sam Shepard. Ini naskah drama yang menguras intelektual untuk bisa mewujudkan akting. Makanya, biar saya tidak main, tapi saya tetap rajin datang setiap jadwal latihan. Kebetulan, teater Kolom mempunyai jadwal khusus bagi pendatang baru untuk materi latihan dasar atau basic,” puji Tika, lulusan Universitas Bunda Maria (UBM), Jakarta jurusan Ilmu Komunikasib tahun 2012. Sejak pindah dan menetap di Jakarta, ada perasaan yang sulit bagi Kartika Wang. Yaitu berpisah dengan ibunya. Karena itulah, demi meniti karirnya di bidang entertainment, gadis lajang yang akrab disapa Tika ini selalu melakukan komunikasi lewat ponselnya. Selain itu, setiap bulan mereka pasti bertemu. Kalau tidak ibunya yang bernama Mulijati Hadijanto yang dating ke Jakarta, giliran Tika yang pulang ke kampong. Diakuinya, kalau dirinya yang pulang ke kampong bisa sekalian lepas kangen dengan anggota keluarga besarnya. Tika yang terlahir sebagai anak ke 4 dari 6 bersaudara mengaku sudah mendapatkan ijin dan dukungan dari orangtuanya untuk terjun sebagai public figure. Apalagi ada satu kakaknya yang bekerja di kantoran menjadi teman hidupnya selama di Jakarta. Sehingga orangtuanya tidak begitu khawatir membiarkan anaknya bebas. Apalagi orangtuanya menyadari hanya Tika dari keenam anaknya yang menekuni dunia keartisan. “Intinya orangtua tetap menginginkan anak-anaknya memiliki pendidikan. Nah, saya sudah mendapatkan sarjana komunikasi dan akan wisuda, pada Nopember 2012 nanti. Tapi saya sudah lulus. Sekarang saya malah mau kuliah lagi ambil sarjana bahasa Mandarin. Tentu orangtua saya mendukung dan member kepercayaan pada saya untuk tinggal lebih lama di Jakarta,” ungkap Kartika Wang, penyanyi Mandari di sela-sela latihan Semut Merah Semut Hitam garapan penyanyi senior Titik Puspa di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, kemarin. Bakat menyanyi Tika diakui berasal dari ibunya. Tapi ibunya hanya sebatas sebagai penyanyi di rumah. Artinya tidak sampai menjadi penyanyi kebanyakan yang pentas dari panggung ke panggung. Kedua orangtuanya hanya wiraswasta di Surabaya, Jawa Timur. “Sebenarnya saya tidak punya keturunan menyanyi dari mana-mana. Tapi memang mama saya bisa nyanyi, tapi nyanyi di kamar mandilah. Nah, saya punya kelebihan sendiri. Makanya, saying untuk tidak dimanfaatkan potensi bakat ini. Dukungan orangtua saya saya pun kelihatan waktu memfasilitasi saya sejak kecil dengan mengantar ikut lomba atau menyanyi dari satu panggung ke panggung lain,” kenangnya sambil tertawa. Ditanya alasannya mau kuliah bahasa Mandarin, Tika mengatakan, keluarga besarnya tidak ada yang bisa berbahasa Mandarin. Karena memang tidak pernah ada yang mau belajar. Justru mereka lebih bisa berbahasa Jawa. Karena di rumah mereka lebih sering menggunakan bahasa Jawa. Sedangkan dirinya bisa sampai menang lomba menyanyi lagu Mandarin karena belajar dari nonton CD. Kebetulan dari kecil pun sering dapat tawaran, paling tidak, satu lagu untuk menyanyi lagu Mandarin. “Sebenarnya saya penyanyi lagu umum, tapi karena lebih terkenal sebagai penyanyi Mandarin, ya, saya syukuri dan kembangkan. Namun ke depannya, tentu saya tidak akan terus focus sebagai penyanyi Mandarin. Saya mau bisa nyanyi lagu umumm,” harapnya. Soal dirinya tidak pindah management agar bisa lebih cepat bekembang sebagai artis, Tika mengatakan, niat kea rah sana sudah ada. Tapi karena menyadari kualitas dirinya masih minim, dia belum percaya diri. “Saya di managemen Cheng Sin, sebenarnya dapat pelatihan acting dari Ari Tulang yang kondang dan untuk vocal dengan kak Dian HP yang terkenal juga. Tapi soal karir saya tidak mau buru-buru,” pungkasnya. (ers)

0 komentar:

Posting Komentar