Minggu, 04 Maret 2012

KPMI Pentaskan Cinta Sebagai Sosialisasi

Syaiful Affair, pemeran Dalang dalam Pementasan Cinta oleh grup KPMI, pada 17 Maret 2012 di UBM, Lodan, Jakut.


Perayaan Imlek 2563 atau Februari 2012 lalu, masih menyisakan kegiatan walau tidak berhubungan langsung. Utamanya dalam bentuk pementasan grup drama. Satu di antaranya Komunitas Penyanyi Mandarin Indonesia (KPMI). Komunitas yang mewadahi para artis penyanyi Mandarin, terutama artis-artis penyanyi tidak dikenal di Indonesia ini mengadakan pementasan drama musical bertajuk Cinta atau Ai dalam bahasa Mandarin di auditorium Universitas Bunda Maria (UBM), kawasan Lodan, Ancol, Jakarta Utara, pada 17 Maret 2012 nanti.
Drama musikal yang mengandalkan pertunjukan dramanya ketimbang menyanyi seperti di bentuk pertunjukan opera ini disutradarai Rita Matu Mona, aktris kondang Teater Koma. Dalam naskah yang ditulis bersama oleh KPMI ini melibatkan 40 pemain, termasuk artis-artis penyanyi Mandarin, terutama untuk mengisi setiap peralihan adegan. Selain menyanyikan lagu, artis penyanyi ini bertugas menjadi pengantar atau narrator dari cerita adegan yang akan dilangsungkan
“Pementasan drama ini diselenggarakan oleh KPMI. Tujuannnya untuk mengangkat nama-nama artis penyanyi Mandarin Indonesia yang menjadi juara di berbagai festival penyanyi di luar negeri, tapi tidak dikenal di Tanah Airnya sendiri. Dan sekaligus memperkenal mereka semua,” ujar Syaiful Affair, salah seorang pemain berperan sebagai tokoh dalang di sela-sela latihan, Minggu (4/3).
Karena basisnya oriental, lanjut Syaiful, maka target penontonnya dari kalangan warga Tionghoa. Maka itu, tempatnya pun dipilih di auditorium UBM ketimbang di gedung-gedung kesenian kebanyakan. “Hasil dari penjualan tiket dan pendapatan sponsor, sebagiannya akan disumbangkan ke vihara di dekat kampus UBM. Karena pertunjukan ini dalam rangka show tunggal yang membawa misi menyatukan kesan negatif tentang masih adanya persoalan komunitas pribumi dan nonpribumi. Padahal sejak era reformasi bergulir, tidak ada persoalan itu. Jadi pementasan ini ingin jadi sarana sosialisasi juga,” papar Syaiful yang juga aktor di grup Teater Kolom.
Walaupun dalam jalan cerita naskahnya, kata dia, tidak berusaha mengangkat lebih detail persoalan-persoalan pribumi dan nonpribumi itu. “Jalan ceritanya klise barangkali. Yaitu tentang suka duka perjalan hidup seorang tokoh bernama Go Sun,” lanjutnya.

Digambarkan, sambung Syaiful, Go Sun sejak kecil sudah berstatus piatu karena ibunya meninggal. Hidupnya serba susah sampai putus sekolah dan terpaksa berjualan koran, kerja sana sini untuk menghidupinya dirinya. Seiring perjalanan hidupnya menjadi dewasa, akhirnya Go Sun berhasil menjadi pengusaha kaya. Kekayaan ini merubah karakter Go Sun dengan tega melupakan cintanya pada Wati. Padahal Wati yang menemani dirinya saat jatuh bangun sampai mendapatkan kekayaan. Go Sun suka hidup gemerlap dan terlibat narkoba. Dia pun memilih Anita yang lebih cantik dan seksi. Tapi karma menimpa. Hidup glamour Go Sun bersama Anita membuat jatuh miskin. Karena usahanya bangkrut dan Anita pun meninggalkannya. Di tengah kesusahan itu, dia bertemu dengan Indah. Belajar dari pengalaman hidup bersama Wati, akhirnya Go Sun mencintai Indah dalam suka dan duka sampai hidupnya indah terus selamanya. "Bentuk upaya sosialisasi tentang nasionalismenya digambarkan lewat masuknya penampilan tari-tarian tradisional, bendera Merah Putih, dan dari bendera ini adegan dimulai,” pungkasnya. (tim ipo)

0 komentar:

Posting Komentar