Perkembangan dunia sastra di Indonesia akhir-akhir ini juga diwarnai oleh para remaja yang juga menulis sastra baik itu cerpen, puisi atau novel. Selain itu media cetak juga mempunyai peran tersendiri terhadap sastra itu sendiri.
Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) mengadakan acara Gelar Sastra Joglo 9 Jagat Terlantar & Diskusi Sastra Remaja dan Peran Media Massa. Pada Jum’at, 24 September 2010 di Pendhapa Wisma Seni TBJT Surakarta.
“TBJT menjadi wilayah persemaian proses kreatif bagi penulis muda dan kami mewadahinya dengan penerbitan antologi cerpen. Semoga ini bisa menjadi cambuk kepada penulis muda untuk terus menulis, terus menulis, terus menulis” Ungkap Wijang Wharek Al Mauti, Ketua Divisi Sastra TBJT saat membuka rangkaian acara..
Wijang juga memohon maaf karena telah terjadi keteledoran dalam penyuntingan dengan diloloskannya judul Jagat Terlantar yang seharusnya Jagat Telantar.
“Kami sebagai penyunting antologi ini memohon maaf atas kesalahan sebuah huruf yang tentunya mempunyai pemaknaan yang berbeda”Tandasnya.
Penerbitan antologi Joglo 9 merupakan sebuah penerbitan dari seri dokumentasi sastra yang ke –9 yang dilakukan TBJT. Untuk kali ini yang dihimpun adalah karya para cerpenis muda dari berbagai komunitas sastra di Solo dan sekitarnya seperti Komunitas Pawon, Komunitas Alit, HPK ( Himpunan Penulis Karanganyar), Komunitas Ketik dan Komunitas Thariqat Sastra Sapu Jagad. Dan buku antologi tersebut dibagikan secara cuma-cuma kepada hadirin.
Jagat Terlantar Sendiri meminjam judul cerpen karya Deezna Valeria. Dalam antologi tersebut terhimpun 12 cerpen dengan tema yang beragam dari para cerpenis yang kebanyakan dari kalangan pelajar SMA dan Mahasiswa. judul cerpen tersebut adalah : Siklus Nestapa karya Abraham Zakky Zulhazmi, Bawang Merah dan Cintanya karya Ajeng Arini Putri, Nyanyian Rembulan Jingga karya Ali Rosyad, Tanur karya Ana Subekti, Kelam karya Ashfiya Nur Atqiya, Pulang (?) karya Askara Laksmi, Jagat Terlantar karya Deezna Valeria, Rumah Suamiku karya Fatimah Wahyu Sundari, Reborn karya Irma Agryanti, Menyusul Sumi karya Joko Utomo, Pulang karya Rudianto dan Bukan Bekas Lurah karya Sriwi Joyo. .
Para cerpenis yang hadir membacakan penggalan cerpennya. Mereka memilih penggalan cerpen yang menarik yang sekiranya menjadi pancingan bagi penikmat sastra yang hadir untuk membacanya secara rampung ketika di rumah.
Acara tambah meriah dengan tampilnya grup musik Kentroeng Rock n’ Roll yang memainkan lakon Roro Hoyi.
Acara terakhir adalah Diskusi Sastra Remaja & Peran Media Massa. Dengan pembicaranya adalah Agus B. Wahyudi, Dosen UMS dan Muhaimin, Redaktur sastra harian Joglosemar.
“Sastra remaja bisa saja cerpen itu dihasilkan oleh para penulis yang masih remaja. Kalau dalam Joglo 9 ini banyak penulis yang masih remaja tapi penceritaannya seperti penulis dewasa” Terang Agus.
Yudhi Herwibowo sebagai moderator juga menggarisbawahi dalam Joglo 9, penulisnya memang masih sangat remaja dan ada semacam eksintensi terlebih dulu. Tanpa memikirkan perkara lain. “ Penulis-penulis ini sepertinya, nulis dulu, masalah honor nomor sekian. Saya pikir itu yang perlu terus dipupuk” tambahnya.
Muhaimin menerangkan media sastra itu tak melulu pada media cetak. Ada media digital, blog, facebook yang bisa dijadikan ruang atau kesempatan untuk mengekspresikan diri lewat tulisan.
“Saya sendiri mengapresiasi terhadap karya anak-anak muda. Niat saya pribadi saya harus mengangkat dan memperkenalkan orang-orang baru biar ada generasi penerus yang tumbuh. Setidaknya nanti akan mucul sastrawan-sastrawan baru” Ujarnya.
Ashfiya Nur Atqiya & Fatimah Wahyu Sundari , siswi MA & SMA Al Muayyad Surakarta & Anggota komunitas Thariqat Sastra Sapu Jagad
0 komentar:
Posting Komentar