Gadis lajang ini lupa pacaran. Pasalnya, dia terlalu padat untuk mengisi proyek pementasan teater di berbagai negara dan kota di Indonesia lewat bendera usaha yang sedang dirintisnya, ACP (Agnes Chritina Project). Disamping itu, Agnes sedang tekun untuk karir. Sehingga dia sampai nekad mengatakan, pasangan hidup adalah nomor dua.
Sebagai anak perempuan, Agnes mengaku selalu ditanyai orangtuanya. Misalnya, apakah sudah punya pacar atau belum, kapan mau menikah, dan seterusnya. Bahkan orangtuanya, tidak setuju jika menekuni dunia teater. Orangtuanya selalu menekannya agar Agnes yang lulusan National University of Singapura jurusan Enviromental Engineering (Teknik Lingkungan Hidup) tahun, 2007-2011, bekerja di kantoran saja. Tapi dia selalu menepis dengan jawaban, sekarang focus pada karir dulu. Kebetulan dirinya juga baru lulus kuliah.
“Pastinya, namanya orangtua menanyakan sudah punya pacar apa belum. Karena pernah pacaran tidak serius dan memang saya tidak focus. Soalnya, sebagai orang teater, waktunya tidak menentu. Latihan-latihan terus, tak jarang pulang malam. Nah, ini sama kendalanya kalau saya kerja di kantoran. Tidak bisa bagi waktunya. Kalau kerja kantoran susah untuk komitmen. Makanya, tidak aneh, kalau banyak orang di teater yang jomblo berkepanjangan,” tepis Agnes Christina saat di temui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (20/3).
Yang mengejutkan, Agnes mengaku, jika ternyata umurnya nanti sampai 32 tahun baru mapan dari karirnya. Maka dia lebih memilih untuk mengadopsi anak saja. “Itu perjalanan hidup,ya? Tuhan yang mengatur semua. Tapi, saya piker kalau sudah umur 32 tahun dan hidup sudah mapan, mending saya adopsi anak saja ketimbang bersuami,” cetus bungsu dari dua bersaudara pasangan Tjandra Kurniawan dengan Shintya Kurniawan.
Begitu pun soal pertentangan kedua orangtuanya dengan berkarir di teater, Agnes mengakui, karena berteater tidak punya prospek kehidupan seperti bekerja di kantoran. “Pastinya, orangtua cari yang save (aman, red). Selama ini, mereka melihat dunia teater atau seni umumnya tidak prospektif. Karena tidak jelas penghasilannya setiap bulan. Tapi kalau diminta bekerja di kantor, saya lebih memilih buka usaha. Saya punya keinginan untuk membuka usaha juga. Walaupun kalau kerja kantoran di Singapura, gajinya besar sekali,” pungkasnya. (ipo)
Sebagai anak perempuan, Agnes mengaku selalu ditanyai orangtuanya. Misalnya, apakah sudah punya pacar atau belum, kapan mau menikah, dan seterusnya. Bahkan orangtuanya, tidak setuju jika menekuni dunia teater. Orangtuanya selalu menekannya agar Agnes yang lulusan National University of Singapura jurusan Enviromental Engineering (Teknik Lingkungan Hidup) tahun, 2007-2011, bekerja di kantoran saja. Tapi dia selalu menepis dengan jawaban, sekarang focus pada karir dulu. Kebetulan dirinya juga baru lulus kuliah.
“Pastinya, namanya orangtua menanyakan sudah punya pacar apa belum. Karena pernah pacaran tidak serius dan memang saya tidak focus. Soalnya, sebagai orang teater, waktunya tidak menentu. Latihan-latihan terus, tak jarang pulang malam. Nah, ini sama kendalanya kalau saya kerja di kantoran. Tidak bisa bagi waktunya. Kalau kerja kantoran susah untuk komitmen. Makanya, tidak aneh, kalau banyak orang di teater yang jomblo berkepanjangan,” tepis Agnes Christina saat di temui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (20/3).
Yang mengejutkan, Agnes mengaku, jika ternyata umurnya nanti sampai 32 tahun baru mapan dari karirnya. Maka dia lebih memilih untuk mengadopsi anak saja. “Itu perjalanan hidup,ya? Tuhan yang mengatur semua. Tapi, saya piker kalau sudah umur 32 tahun dan hidup sudah mapan, mending saya adopsi anak saja ketimbang bersuami,” cetus bungsu dari dua bersaudara pasangan Tjandra Kurniawan dengan Shintya Kurniawan.
Begitu pun soal pertentangan kedua orangtuanya dengan berkarir di teater, Agnes mengakui, karena berteater tidak punya prospek kehidupan seperti bekerja di kantoran. “Pastinya, orangtua cari yang save (aman, red). Selama ini, mereka melihat dunia teater atau seni umumnya tidak prospektif. Karena tidak jelas penghasilannya setiap bulan. Tapi kalau diminta bekerja di kantor, saya lebih memilih buka usaha. Saya punya keinginan untuk membuka usaha juga. Walaupun kalau kerja kantoran di Singapura, gajinya besar sekali,” pungkasnya. (ipo)
0 komentar:
Posting Komentar